- Back to Home »
- Pertempuran Laut Guadalcanal
Posted by : Mimin
Sunday, October 21, 2012
Pertempuran Laut Guadalcanal
Pertempuran Laut Guadalkanal kadang-kadang disebut Pertempuran Kepulauan Savo Ketiga dan Keempat, Pertempuran Solomon, atau menurut sumber Jepang sebagai Pertempuran Laut Solomon Ketiga (第三次ソロモン海戦 Dai Sanji Solomon Kaisen?) 12 November-15 November 1942 adalah pertempuran menentukan dalam serangkaian pertempuran laut antara Sekutu (terutama Amerika Serikat) dan Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang dalam kampanye militer Guadalkanal yang berlangsung berbulan-bulan di Kepulauan Solomon. Pertempuran laut ini melibatkan kapal-kapal dan pesawat tempur selama lebih dari empat hari, sebagian besar terjadi di dekat Guadalkanal. Penyebab pertempuran adalah usaha Jepang mengirimkan bala bantuan bagi pasukan darat yang berusaha merebut kembali Guadalkanal.Pasukan Sekutu yang sebagian besar adalah pasukan Amerika Serikat, telah mendarat di Guadalkanal pada 7 Agustus 1942, dan berhasil merebut sebuah lapangan udara yang kemudian disebut Lapangan Udara Henderson. Ketika direbut pihak Sekutu, lapangan udara ini sedang dibangun oleh tentara Jepang. Beberapa kali usaha Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang untuk merebut kembali Lapangan Udara Henderson gagal walaupun sudah dibantu pasukan tambahan yang didatangkan ke Guadalkanal lewat laut. Dalam usaha berikutnya untuk merebut lapangan udara, Jepang pada awal November 1942 mengirimkan konvoi kapal angkut yang membawa 7.000 prajurit infanteri dan peralatannya ke Guadalkanal. Beberapa kapal perang Jepang ditugaskan untuk melakukan bombardemen terhadap Lapangan Udara Henderson dengan tujuan menghancurkan pesawat tempur Sekutu yang mengancam konvoi kapal Jepang. Setelah rencana Jepang diketahui Sekutu, kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat mulai melancarkan serangan terhadap konvoi kapal Jepang.
Pertempuran berakhir dengan kerugian besar bagi kedua belah pihak. Sejumlah kapal perang tenggelam dalam dua kali pertempuran laut di malam hari. Amerika Serikat menderita kerugian dan kerusakan lebih parah daripada Jepang. Namun Amerika Serikat berhasil menghalau bombardemen kapal-kapal perang Jepang terhadap Lapangan Udara Henderson. Serangan udara pesawat tempur Sekutu juga menenggelamkan sebagian besar dari kapal angkut pasukan dan menghalangi usaha Jepang mendaratkan sebagian besar pasukan dan peralatan di Guadalkanal. Pertempuran ini mengandaskan usaha terakhir Jepang mengusir tentara Sekutu dari Guadalkanal dan Pulau Tulagi yang berdekatan, dan berakibat pada kemenangan strategis bagi militer Amerika Serikat dan sekutunya, serta menentukan hasil akhir kampanye militer Guadalkanal sebagai kemenangan Sekutu.
Latar belakang
Kampanye militer Guadalkanal yang berlangsung enam bulan, dimulai 7 Agustus 1942 ketika tentara Sekutu (sebagian besar tentara Amerika Serikat) mendarat di Guadalkanal, Tulagi, dan Kepulauan Florida di Kepulauan Solomon yang waktu itu merupakan koloni Kerajaan Bersatu. Pendaratan Sekutu dimaksudkan untuk menghalangi Jepang menggunakan pulau-pulau tersebut sebagai pangkalan untuk mengancam rute pengiriman perlengkapan militer antara Amerika Serikat dan Australia, serta mengamankan pulau-pulau tersebut sebagai titik awal operasi militer untuk membungkam pangkalan militer utama Kekaisaran Jepang di Rabaul dan mendukung kampanye militer Nugini. Jepang telah menduduki Tulagi pada Mei 1942 dan mulai membangun sebuah lapangan udara di Guadalkanal pada Juni 1942.[3]Pada 8 Agustus 1942, ketika malam tiba, 11.000 prajurit Sekutu berhasil merebut Tulagi, pulau-pulau kecil yang berdekatan dan sebuah lapangan udara yang sedang dalam penyelesaian di Tanjung Lunga, Guadalkanal (nantinya disebut Lapangan Udara Henderson). Pesawat terbang Sekutu yang beroperasi dari Henderson disebut "Angkatan Udara Kaktus" (Cactus Air Force, disingkat CAF) yang diambil dari kode Sekutu untuk Guadalkanal. Sebagai perlindungan dari serangan Jepang, Marinir Amerika Serikat membangun pertahanan batas luar di sekeliling Tanjung Lunga. Tambahan pasukan yang datang dua bulan berikutnya meningkatkan kekuatan militer Amerika Serikat di Tanjung Lunga menjadi lebih dari 20.000 prajurit.[4]
Sebagai balasan, Markas Besar Kekaisaran Jepang menugaskan Korps XVII Angkatan Darat Kekaisaran di Rabaul di bawah komando Letnan Jenderal Harukichi Hyakutake untuk merebut kembali Guadalkanal. Unit-unit dari Korps XVII mulai tiba di Guadalkanal pada 19 Agustus 1942 untuk mengusir Sekutu.[5]
Ancaman dari pesawat-pesawat Angkatan Udara Kaktus yang berpangkalan di Lanud Henderson membuat kapal angkut pasukan yang besar namun lambat tidak dapat digunakan Jepang untuk mengirimkan pasukan bala bantuan ke Guadalkanal. Sebagai gantinya, Jepang menggunakan kapal-kapal perang yang berpangkalan di Rabaul dan Kepulauan Shortland. Kapal-kapal perang Jepang sebagian besar terdiri dari kapal penjelajah ringan atau kapal perusak dari Armada VIII di bawah komando Laksamana Madya Gunichi Mikawa. Kapal-kapal perang Armada VIII biasanya dapat melakukan perjalanan bolak-balik antara "The Slot" dan Guadalkanal hanya dalam semalam (mulai dari terbenam hingga terbitnya matahari), sehingga memperkecil kemungkinan serangan udara dari CAF. Transportasi pasukan secara tergesa-gesa ini tidak memungkinkan diangkutnya peralatan berat dan logistik seperti artileri berat, kendaraan, dan sebagian besar makanan dan amunisi ke Guadalkanal. Pengangkutan pasukan Jepang dengan kapal-kapal perang berkecepatan tinggi yang bolak-balik di Selat New Georgia selama perang berlangsung nantinya disebut pihak Sekutu sebagai "Tokyo Ekspres", namun disebut Jepang sebagai "Angkutan Tikus".[6]
Pada Oktober 1942, Jepang sekali lagi berusaha merebut Lanud Henderson dengan mengirim 15.000 prajurit angkatan darat yang sebagian besar berasal dari Divisi II Infanteri ke Guadalkanal. Selain mengangkut pasukan dan peralatan lewat jalur Tokyo Ekspres, Jepang juga berhasil mengirimkan sebuah konvoi besar yang terdiri dari kapal-kapal angkut ukuran besar yang lebih lambat. Terbukanya kemungkinan mengirimkan konvoi kapal besar terjadi setelah Lanud Henderson rusak akibat bombardemen dua kapal tempur Jepang pada malam 14 Oktober 1942. Landas pacu rusak berat, setengah dari pesawat CAF hancur, dan sebagian besar persediaan avtur terbakar. Walaupun rusak berat, dua landas pacu Lanud Henderson segera bisa kembali difungsikan oleh personel Lanud Henderson. Pesawat pengganti dan bahan bakar juga didatangkan kembali sehingga kekuatan Angkatan Udara Kaktus (CAF) pulih secara bertahap dalam beberapa minggu.[8]
Usaha berikutnya dari Jepang untuk mengambil alih Guadalcanal dilakukan pasukan yang tiba antara 20 Oktober dan 26 Oktober 1942. Mereka akhirnya kalah dengan kerugian besar dalam Pertempuran Lapangan Udara Henderson.[9] Pada saat yang bersamaan, Laksamana Isoroku Yamamoto (komandan Armada Gabungan Jepang) mengalahkan kekuatan laut Amerika Serikat dalam Pertempuran Kepulauan Santa Cruz dan Amerika Serikat terusir dari kawasan tersebut. Namun demikian, kapal-kapal induk Jepang terpaksa mundur karena karamnya kapal induk pengangkut pesawat dan para awak pesawat.[10] Kapal-kapal armada Yamamoto kembali ke Rabaul dan pangkalan utama di Truk, Mikronesia yang sekaligus markas besar Isoroku Yamamoto. Tiga kapal induk kembali ke Jepang untuk perbaikan dan pengisian perlengkapan.[11]
Angkatan Darat Jepang berencana melakukan serangan sekali lagi ke Guadalkanal pada November 1942, namun butuh bala bantuan lebih banyak lagi sebelum operasi bisa dimulai. Angkatan Darat Jepang meminta bantuan Yamamoto untuk mengangkut pasukan bantuan ke Guadalkanal dan mendukung ofensif ke kubu-kubu Sekutu yang menjaga Lanud Henderson. Yamamoto bersedia dan menyediakan 11 kapal angkut ukuran besar untuk membawa 7.000 prajurit angkatan darat dari Divisi Infanteri XXXVIII, amunisi, makanan, dan peralatan berat dari Rabaul ke Guadalkanal. Ia juga mengirimkan dukungan kapal perang yang terdiri dari dua kapal tempur dari Truk, 9 November 1942. Dua kapal tempur tersebut, Hiei dan Kirishima dilengkapi dengan selongsong yang dapat terfragmentasi ketika mengenai sasaran. Menurut rencana, Hiei dan Kirishima pada 12-13 November akan melakukan bombardemen terhadap Lanud Henderson hingga binasa, termasuk semua pesawat yang ada. Setelah Lanud Henderson hancur, kapal angkut berat yang berkecepatan rendah bisa tiba di Guadalkanal dan membongkar muatan pada keesokan harinya.[12] Armada kapal angkut tersebut dikomandani dari atas Hiei oleh Laksamana Madya Hiroaki Abe yang baru saja menerima kenaikan pangkat.[13]
Peta Kepulauan Solomon. Jalur perairan yang disebut "The Slot" (Selat New Georgia) berada dari bagian tengah kepulauan ke arah tenggara, dari Bougainville dan Shortlands (tengah) ke Guadalkanal (kanan bawah).
Pertempuran Laut Guadalkanal I, 13 November
Persiapan
Kapal-kapal perang dari armada Abe berkumpul 70 mil (110 km) sebelah utara Selat Indispensable, dan melaju menuju Guadalkanal, tanggal 12 November 1942, dengan perkiraan waktu kedatangan pada pagi hari 13 November. Konvoi kapal-kapal angkut berkecepatan rendah ini dikawal 12 kapal perusak di bawah komando Raizo Tanaka mulai melintasi "The Slot" (Selat New Georgia) dari Shortlands dengan perkiraan waktu kedatangan di Guadalkanal kira-kira malam 13 November.[18] Selain dua kapal tempur, armada Abe mengajak kapal penjelajah ringan Nagara dan 11 kapal perusak: Samidare, Murasame, Asagumo, Teruzuki, Amatsukaze, Yukikaze, Ikazuchi, Inazuma, Akatsuki, Harusame, dan Yudachi.[19] Tiga kapal perusak lainnya (Shigure, Shiratsuyu, dan Yugure) disiapkan di Kepulauan Russell untuk memberi perlindungan dari belakang ketika Abe dan armadanya menyerang masuk ke "Selat Ironbottom" di pesisir utara Guadalkanal.[20] Pesawat pengintai Amerika Serikat menemukan armada Jepang sedang mendekat dan memperingatkan markas komando Sekutu.[21] Turner bereaksi dengan mengirimkan semua kapal perang yang dapat dipakai untuk menjaga daerah lepas pantai dari serangan laut dan pendaratan pasukan Jepang. Kapal berisi perbekalan dimintanya meninggalkan Guadalkanal, senja hari 12 November. Callaghan ditunjuk sebagai komandan gabungan karena lebih senior beberapa hari dibandingkan Scott yang lebih berpengalaman.[22] Callaghan menyiapkan kapal-kapalnya untuk berperng melawan kapal-kapal Jepang pada malam itu di selat. Armada Callaghan terdiri dari dua kapal penjelajah berat (San Francisco dan Portland), tiga kapal penjelajah ringan (Helena, Juneau, dan Atlanta), serta delapan kapal perusak: Cushing, Laffey, Sterett, O'Bannon, Aaron Ward, Barton, Monssen, dan Fletcher. Pusat komando Laksamana Callaghan berada di atas kapal penjelajah San Francisco.[23]Mendekati Guadalkanal, armada Jepang diterpa hujan badai mendadak yang lebat dan kencang. Kerumitan formasi yang melibatkan kapal dalam jumlah banyak, berikut perintah membingungkan dari Abe menyebabkan armada terpecah menjadi beberapa kelompok.[24] Armada Amerika Serikat melaju dalam satu lajur di Selat Ironbottom. Kapal perusak mengawal di depan dan belakang; kapal penjelajah berada di tengah-tengah konvoi. Lima kapal dilengkapi radar SG yang jauh lebih unggul. Di bagian depan konvoi, Callaghan tidak menempatkan kapal-kapal yang dilengkapi radar SG, dan tidak pula menunjuk salah satu kapal sebagai kapal pemimpin. Ia tidak juga mengeluarkan strategi tempur kepada para komandan masing-masing kapal.[25]
Bentrokan
Manuver armada Jepang pimpinan Abe (garis merah) dan armada Amerika
Serikat pimpinan Callaghan (garis hitam) ketika kedua belah pihak saling
berhadapan di Selat Ironbottom antara Kepulauan Savo, Tanjung Esperance, dan Tanjung Lunga
di Guadalkanal, dini hari 13 November 1942. Lokasi Lanud Henderson
berada di kawasan berwarna hijau dekat Tanjung Lunga di Guadalkanal.
Posisi kapal-kapal Jepang dan Amerika Serikat pada pukul 01.45 tanggal
13 November. Kedua belah pihak membuka tembakan pada pukul 01.48 setelah
formasi kapal-kapal kedua belah pihak saling bercampur dan berubah
menjadi membingungkan.[31]
Paling sedikit enam kapal-kapal Amerika, termasuk Laffey, O'Bannon, Atlanta, San Francisco, Portland, dan Helena menembaki Akatsuki yang tidak sengaja menarik perhatian dengan lampu sorot yang menerangi kapal sendiri. Akatsuki berulang-ulang terkena tembakan, meledak dan tenggelam dalam beberapa menit.[34]
Kapal penjelajah Atlanta yang berada paling depan dalam formasi kapal-kapal Amerika Serikat dijadikan sasaran tembakan dan torpedo dari sejumlah kapal-kapal Jepang, termasuk mungkin dari Nagara, Inazuma, Ikazuchi, dan juga Akatsuki. Tembakan meriam menyebabkan kerusakan besar di Atlanta, dan sebuah torpedo tipe 93 menghantam kamar mesin hingga mesin dan listrik mati.[35] Atlanta terseret arus hingga terbawa ke daerah sasaran tembakan San Francisco, dan tidak sengaja tertembak hingga makin rusak, serta menewaskan Laksamana Scott bersama sebagian besar awak di anjungan.[36] Akibat mesin dan listrik yang mati, Atlanta tidak dapat balas menembak, hanyut tidak terkendali hingga keluar dari arena pertempuran, dan dilewati oleh kapal-kapal Jepang yang lain. Kapal perusak Cushing yang memimpin armada Amerika Serikat juga saling bertukar tembakan dengan beberapa kapal perusak Jepang (kemungkinan dengan Nagara). Akibatnya, Cushing rusak berat dan tidak bergerak lagi.[37]
Sasaran tembakan sejumlah besar kapal-kapal Amerika Serikat adalah Hiei karena diterangi sembilan lampu sorot yang dibawanya, ukuran yang sangat besar, dan arah manuver yang membawanya ke formasi armada musuh. Laffey melaju begitu dekatnya dengan Hiei. Keduanya hanya terpisah 20 kaki (6.1 m) dan hampir bertabrakan.[38] Moncong meriam primer dan meriam sekunder di atas Hiei tidak dapat diturunkan cukup rendah untuk bisa menembak ke arah Laffey. Sebaliknya, Laffey bisa mengenai bangunan atas kapal Hiei dengan selongsong 5-inci (130 mm) dan tembakan senapan mesin. Anjungan dan bangunan atas kapal Hiei rusak berat dan melukai Laksamana Abe, dan menewaskan kepala stafnya.[39] Luka-luka yang diderita Abe mengurangi kemampuan dirinya untuk memberi komando kapal-kapal dalam armadanya.[40] Dari jarak dekat, dua kapal perusak, Sterett dan O'Bannon menembakkan beberapa kali salvo ke bangunan atas kapal Hiei. Sebelum melarikan diri ke dalam kegelapan, keduanya mungkin sempat menyarangkan satu atau dua buah torpedo ke bagian lambung kapal Hiei hingga makin memperparah kerusakan.[41]
Kapal tempur Jepang Hiei pada tahun 1942
Dua kapal perusak Amerika Serikat (Cushing dan Laffey) tamat riwayatnya dengan segera. Cushing yang sedang terombang-ambing dijadikan sasaran tembakan dari Nagara atau kapal perusak Teruzuki dan Yukikaze. Akibatnya semua sistem di atas Cushing lumpuh.[46][33] Awak Cushing akhirnya meninggalkan kapal karena sudah tidak lagi mampu membalas. Beberapa jam kemudian, Cushing karam.[47] Setelah bertempur melawan Hiei, Laffey melarikan diri namun bertemu dengan Asagumo, Murasame, Samidare, dan mungkin Teruzuki.[48][49] Secara berulang-ulang, kapal-kapal perusak Jepang menghantam Laffey dengan tembakan dan menyarangkan sebuah torpedo yang mematahkan bagian lunas kapal. Beberapa menit kemudian, kebakaran mencapai ruang amunisi. Laffey meledak dan tenggelam.[50]
Setelah membantu menenggelamkan Akatsuki, Portland dihantam sebuah torpedo dari Inazuma atau Ikazuchi, menyebabkan kerusakan berat pada bagian buritan dan membuatnya berlayar berputar-putar. Setelah menyelesaikan satu kali putaran, Portland melepaskan lima tembakan salvo ke arah Hiei namun tidak mengambil bagian lebih jauh dalam pertempuran.[51]
Yudachi dan Amatsukaze secara terpisah menyerang lima kapal paling belakang dalam formasi Amerika Serikat. Dua buah torpedo dari Amatsukaze menghantam Barton dan segera menenggelamkannya dengan kerugian jiwa yang besar.[52] Yudachi menghantam Juneau dengan sebuah torpedo hingga mematikan seluruh sistem di kapal. Juneau berbelok ke arah timur dan perlahan meninggalkan arena pertempuran.[53]
Monssen menghindari bangkai Barton dan terus melaju mencari sasaran. Namun dipergoki Asagumo, Murasame, dan Samidare yang baru selesai menghancurkan Laffey. Monssen dihujani tembakan dari Asagumo, Murasame, dan Samidare hingga rusak berat dan ditinggalkan para awak kapal sebelum tenggelam tidak lama kemudian.[54]
Aaron Ward dan Sterett masing-masing sedang mencari sasaran ketika keduanya menemukan Yudachi yang tidak menyadari dua kapal perusak Amerika Serikat sedang mendekat.[57] Kedua kapal Amerika Serikat secara simultan menghantam Yudachi dengan tembakan meriam dan torpedo. Walaupun ternyata tidak langsung tenggelam, Yudachi sudah rusak berat hingga awaknya terpaksa meninggalkan kapal.[48] Ketika sedang mencari sasaran lain, Sterett tiba-tiba diserang dari belakang oleh Teruzuki hingga rusak berat dan terpaksa berlayar keluar dari arena pertempuran ke arah utara.[58] Aaron Ward terlibat duel satu lawan satu dengan Kirishima hingga rusak berat dan akhirnya mencoba melarikan diri ke timur. Namun ternyata kapal tidak lagi dapat dilayarkan karena mesin kapal rusak.[59]
Robert Leckie, Prajurit II Marinir di Guadalkanal menulis tentang situasi pertempuran yang dialaminya,
Peluru suar beterbangan, menakutkan dan merah. Peluru pengarah membentuk lengkungan berwarna oranye, berkilat-kilat di tengah malam. ... laut bagaikan sehelai obsidian yang dipoles, kapal-kapal perang bagaikan dijatuhkan di atasnya dan tidak bisa bergerak, dikelilingi lingkaran-lingkaran konsentris bagaikan gelombang kejut yang terbentuk sekeliling sebuah batu yang dijatuhkan di lumpur.[60]Setelah hampir 40 menit berlangsung pertempuran brutal dalam jarak dekat, kedua belah pihak menghentikan pertempuran pada pukul 02.26 setelah Abe dan Kapten Gilbert Hoover (kapten Helena dan perwira senior Amerika Serikat yang waktu itu masih hidup) memerintahkan anak buahnya berhenti menembak.[61] Laksamana Abe menderita kerugian satu kapal tempur (Kirishima), satu kapal penjelajah ringan (Nagara) dan empat kapal perusak (Asagumo, Teruzuki, Yukikaze, dan Harusame) yang rusak ringan, serta empat kapal perusak (Inazuma, Ikazuchi, Murasame, dan Samidare) yang rusak sedang. Kapal dari pihak Amerika Serikat yang masih dapat memberikan perlawanan hanyalah kapal penjelajah ringan (Helena) dan satu kapal perusak (Fletcher). Laksamana Abe mungkin tidak tahu bahwa dirinya sudah dalam keadaan bebas untuk memulai bombardemen ke Lanud Henderson, menghabisi semua kekuatan laut Amerika Serikat, dan membuka jalan bagi pendaratan pasukan Jepang beserta peralatannya untuk mendarat dengan selamat di Guadalkanal.[62]
Walaupun demikian, pada saat yang kritis, Laksamana Abe justru memutuskan untuk membatalkan misi dan meninggalkan arena pertempuran. Menurut perkiraan, keputusan Abe didasarkan pada beberapa alasan. Sebagian besar dari amunisi khusus yang dibawa untuk bombardemen ke Lanud Henderson sudah habis dipakai dalam pertempuran. Kematian beberapa orang staf dan luka-luka yang dideritanya diperkirakan memengaruhi kemampuan Laksamana Abe dalam mengambil keputusan. Kemungkinan, ia juga tidak tahu pasti jumlah kapal-kapal miliknya yang tersisa dan jumlah kapal-kapal Amerika Serikat yang masih dapat bertempur. Hal ini disebabkan Hiei mengalami kerusakan sistem komunikasi. Selain itu, kapal-kapal dalam armadanya juga berada dalam posisi terpencar. Abe butuh waktu untuk mengatur posisi kapal-kapalnya sebelum secara terkoordinasi dapat meneruskan misi bombardemen Lanud Henderson dan menyerang kapal-kapal Amerika Serikat yang tersisa. Apa pun alasannya, Abe memerintahkan kapal-kapalnya untuk berhenti menembak dan mundur, sementara Yukikaze dan Teruzuki tetap berada di belakang untuk membantu Hiei.[63] Awak Yudachi yang selamat dipunguti Samidare dari tengah laut pada pukul 03.00 sebelum terus berlayar ke arah utara bersama kapal-kapal Jepang lainnya.[64]
Pascapertempuran
Hiei dijadikan bulan-bulanan oleh pesawat angkut torpedo TBF Avenger Marinir Amerika Serikat yang berpangkalan di Lanud Henderson, pesawat TBF Avenger dan pesawat pengebom tukik SBD Dauntless dari Enterprise yang berangkat dari Nouméa pada 11 November, dan pesawat-pesawat pengebom B-17 Flying Fortress dari Unit Bombardemen Berat XI Korps Penerbangan Angkatan Darat Amerika Serikat yang berpangkalan di Espiritu Santo. Abe dan para staf diungsikan ke Yukikaze pada pukul 08.15. Kirishima diperintahkan Abe untuk menarik Hiei sambil mendapat perlindungan dari Nagara dan beberapa kapal perusak, namun usaha tersebut dibatalkan mengingat kemungkinan serangan dari kapal selam. Lagi pula Hiei sudah makin tidak laik laut.[68] Setelah makin rusak parah akibat serangan udara, Hiei karam di barat laut Kepulauan Savo, dan mungkin sengaja ditenggelamkan oleh para awak yang tersisa, di akhir senja 13 November.[69]
Portland sedang diperbaiki di dok kering di Sydney, Australia, sebulan setelah pertempuran.
Akibat kacaunya jalan pertempuran, pihak Amerika Serikat percaya bahwa mereka telah menenggelamkan 7 kapal Jepang.[72] Selain itu, kapal-kapal Jepang juga mengundurkan diri dari arena sehingga pihak Amerika Serikat percaya mereka telah memenangkan pertempuran dengan kerugian besar di pihak Jepang. Setelah perang berakhir, Amerika Serikat baru mengetahui bahwa pihaknya menderita kekalahan total dalam strategi.[73]
Walaupun demikian, sebagian besar sejarawan sepertinya sepakat bahwa keputusan mundur Laksamana Abe ternyata mengubah kekalahan strategi Amerika Serikat menjadi kemenangan strategis. Lanud Henderson tetap beroperasi. Pesawat-pesawat tempur yang berpangkalan di sana siap sedia menyerang kapal angkut Jepang yang mendekat ke Guadalkanal berikut muatannya yang berharga.[74][75] Selain itu, Jepang kehilangan kesempatan untuk menghabisi kekuatan laut Amerika Serikat di Guadalkanal yang bila memang dapat dihancurkan oleh Jepang, Amerika Serikat perlu waktu cukup lama untuk pulih. Laksamana Yamamoto dilaporkan sangat marah. Abe dibebastugaskan, dan di kemudian hari dipaksa untuk pensiun dari militer. Sebenarnya Yamamoto lebih marah karena kehilangan kapal tempur (Hiei), bukan karena misi dibatalkan atau kegagalan Abe dalam menghancurkan seluruh kapal-kapal Amerika Serikat di Guadalkanal. Beberapa saat sebelum tengah hari, Yamamoto memerintahkan Laksamana Madya Nobutake Kondo yang memimpin Armada Kedua di Truk untuk membentuk unit bombardemen baru. Dengan Kirishima sebagai inti, unit baru ini diperintahkannya untuk menyerang Lanud Henderson pada malam 14–15 November 1942.[76]
Total kerugian pihak Amerika Serikat 1.439 tewas, termasuk korban tenggelamnya Juneau. Pihak Jepang menderita antara 550 hingga 800 tewas.[77] Sejarawan Richard B. Frank yang menganalisis dampak pertempuran berkata,
Pertempuran ini tidak diragukan lagi sebagai pertarungan yang membingungkan dari jarak dekat dan penuh kemarahan. Tapi hasilnya tidak jelas. Pengorbanan Callaghan dan gugus tugasnya tidak sia-sia, berkat mereka Lanud Henderson selamat pada malam itu. Pengorbanan mereka berhasil menunda bila tidak dikatakan menghentikan pendaratan bala bantuan Jepang dalam jumlah besar, dan serangan besar-besaran Armada Gabungan (Jepang) yang belum pernah terjadi sebelumnya.[78]
Bentrokan di tempat lain, 13-14 November
Kapal-kapal penjelajah Armada VIII di bawah komando Laksamana Madya Gunichi Mikawa terdiri dari kapal penjelajah berat Chōkai, Kinugasa, Maya, dan Suzuya, kapal penjelajah ringan Isuzu dan Tenryū, serta enam kapal perusak. Armada Mikawa berhasil menyelinap ke kawasan Guadalkanal tanpa perlawanan karena kekuatan laut Amerika Serikat yang hancur telah ditarik. Suzuya dan Maya di bawah komando Shōji Nishimura melakukan bombardemen ke Lanud Henderson sementara armada Mikawa berpatroli sekitar Kepulauan Savo menjaga kemungkinan serangan laut Amerika Serikat (hal tersebut tidak pernah terjadi).[80] Bombardemen selama 35 menit menyebabkan kerusakan sejumlah pesawat dan fasilitas di Lanud Henderson, namun tidak berhasil melumpuhkannya.[81] Kapal-kapal penjelajah mengakhiri bombardemen sekitar pukul 02.30 tanggal 14 November, dan mengamankan kawasan laut sekitarnya, sebelum meneruskan pelayaran menuju Rabaul dengan mengambil rute di selatan kelompok Kepulauan New Georgia.[82]
Empat kapal angkut dan empat kapal perusak sisanya terus berlayar menuju Guadalkanal setelah malam 14 November tiba, namun sebelum meneruskan pelayaran, berhenti di sebelah barat Guadalkanal untuk menunggu hingga berakhirnya manuver kapal-kapal perang lain.[84]
Armada ad hoc di bawah pimpinan Kondo bertemu dengan Ontong Java pada senja 13 November hingga harus berganti arah dan mengisi bahan bakar di luar jangkauan pengebom Lanud Henderson pada pagi 14 November. Kapal selam Amerika Serikat Trout terus membuntuti, namun tidak berhasil menyerang Kirishima yang sedang mengisi bahan bakar. Armada bombardemen Jepang terus melaju ke selatan, dan diserang dari udara pada sore hari 14 November. Pada saat yang bersamaan, Kirishima diadang kapal selam Amerika Serikat Flying Fish. Setelah meluncurkan 5 buah torpedo ke arah Kirishima dan sama sekali tidak mengenai sasaran, Flying Fish melaporkan insiden tersebut melalui radio.[85][86]
Pertempuran Laut Guadalkanal II, 14-15 November
Persiapan
Tahap pertama pertempuran, 14 November 1942 pukul 23.17–23.30. Garis
merah adalah armada Jepang, garis hitam armada Amerika Serikat.[87]
Laksamana William Halsey, Jr. hanya memiliki sedikit kapal yang tidak rusak. Ia memerintahkan kapal tempur baru Washington dan South Dakota dari unit pendukung Enterprise untuk bergabung dengan empat kapal perusak membentuk Gugus Tugas 64 di bawah komando Laksamana Willis A. Lee. Misi yang diberikan, membela Guadalcanal dan Lanud Henderson. Gugus Tugas 64 dibentuk secara asal-asalan, kedua kapal tempur baru saja ditugaskan bersama-sama selama beberapa hari, dan kapal perusak yang mengawal keduanya berasal dari 4 divisi yang berbeda. Keempat kapal perusak diikutsertakan karena memiliki bahan bakar yang paling banyak dibandingkan kapal-kapal perusak yang ada.[90] Kapal-kapal Amerika Serikat tiba di Selat Ironbottom pada malam 14 November dan mulai berpatroli di sekitar Kepulauan Savo. Kapal-kapal perang Amerika Serikat berada dalam formasi lajur. Empat kapal perusak mengawal di depan, diikuti Washington, sementara South Dakota menjaga bagian belakang konvoi. Pukul 22.55 tanggal 14 November, radar di atas kapal South Dakota dan Washington mulai mendeteksi kedatangan armada Kondo yang berjarak sekitar 18.000 m (59,000 kaki) dari Kepulauan Savo.[91]
Pertempuran
Kondo memecah kapal-kapal dalam armadanya menjadi beberapa kelompok. Salah satu kelompok yang terdiri dari Sendai, kapal perusak Shikinami, dan Uranami (ditandai huruf "C" pada peta) berada di bawah komando Shintaro Hashimoto, menyapu kawasan di sisi timur Kepulauan Savo. Sementara itu, kapal perusak Ayanami ("B" pada peta) menyapu sekitar sisi barat daya Kepulauan Savo, berlawanan dengan arah jarum jam untuk memeriksa kehadiran kapal-kapal Sekutu.[92] Kapal-kapal Jepang menemukan armada Lee sekitar pukul 23.00 walaupun Kondo salah mengenali kapal tempur yang dikiranya kapal penjelajah. Kondo memerintahkan kelompok kapal-kapal yang dipimpin Sendai, dibantu Nagara dan empat kapal perusak ("D" pada peta) untuk mulai menembak dan menghancurkan kekuatan laut Amerika Serikat sebelum armada bombardemen Jepang yang terdiri dari Kirishima dan kapal-kapal penjelajah berat ("E" pada peta) memasuki Selat Ironbottom.[87] Kapal-kapal perang Amerika Serikat ("A" pada peta) mendeteksi kehadiran kapal-kapal di bawah pimpinan Sendai, namun tidak mendeteksi adanya kelompok-kelompok kapal perang Jepang yang lain. Dengan bantuan radar pencari sasaran, dua kapal tempur Amerika Serikat pada pukul 23.17 mulai menembak ke arah kelompok kapal-kapal yang dipimpin oleh Sendai. Namun sekitar 5 menit kemudian, Laksamana Lee memerintahkan tembakan untuk dihentikan. Kapal-kapal perang Jepang yang tergabung dalam kelompok utara sudah menghilang dari jangkauan radar. Sendai, Uranami, dan Shikinami sama sekali tidak mengalami kerusakan dan memutar untuk keluar dari kawasan berbahaya.[93]
Fase kedua bentrokan, pukul 23.30–02.00. Garis merah adalah kapal-kapal
Jepang dan garis hitam adalah kapal-kapal Amerika Serikat. Titik-titik
kuning bernomor menandai kapal perang yang tenggelam.[94]
Sambil berlayar melewati kawasan yang dipenuhi kapal-kapal perusak Amerika Serikat yang sedang tenggelam atau rusak, Washington menembakkan meriam sekunder ke arah Ayanami dan tepat mengenai sasaran. Ayanami terbakar. South Dakota yang berlayar di belakang Washington tiba-tiba mengalami serangkaian kegagalan sistem listrik. Menurut laporan, kepala teknisi South Dakota mematikan pemutus kalang ketika sedang memperbaiki sistem listrik. Tindakan tersebut melanggar prosedur keselamatan karena rangkaian listrik di South Dakota berulang-ulang mengalami hubungan seri. Sistem radar, radio, dan sebagian besar meriam di South Dakota menjadi tidak dapat dioperasikan. Walaupun demikian, South Dakota terus membuntuti Washington menuju sisi barat Kepulauan Savo hingga pukul 23.35 ketika Washington berbelok ke arah kiri berlayar ke arah selatan di balik kapal-kapal perusak yang sedang terbakar. South Dakota mencoba mengikuti tetapi harus belok kanan untuk menghindari kapal perusak Benham yang sedang terbakar. Nyala api menerangi sosok South Dakota hingga dijadikan sasaran empuk kapal-kapal Jepang.[97]
Setelah menerima laporan dari Ayanami dan kapal-kapal Jepang lainnya tentang hancurnya kapal-kapal perusak Amerika Serikat, Kondo memerintahkan armada bombardemen yang dipimpinnya untuk segera mendekati Guadalcanal. Kondo yakin kapal-kapal perang Amerika Serikat sudah dilumpuhkan. Dirinya tidak menyadari bahwa armadanya sedang berlayar untuk berhadapan dengan dua kapal tempur Amerika Serikat.[98]
Bagaikan buta akibat radar yang tidak berfungsi dan sistem persenjataan primer dan sekunder yang mati, South Dakota diterangi lampu-lampu sorot Jepang. South Dakota dijadikan sasaran tembakan meriam dan torpedo dari sebagian kapal-kapal armada Jepang, termasuk dari Kirishima mulai pukul 00.00 tanggal 15 November. Walaupun sempat beberapa kali mengenai Kirishima, South Dakota dihantam 25 amunisi ukuran sedang dan satu amunisi ukuran besar. Walaupun beberapa di antaranya tidak meledak, serangan mengakibatkan lumpuhnya sistem komunikasi dan sistem kendali persenjataan yang tersisa. Sebagian dari dek atas South Dakota terbakar, dan para awak membawanya keluar dari arena pertempuran. Semua tembakan torpedo Jepang luput.[99] Di kemudian hari Laksamana Lee menggambarkan dampak kumulatif kerusakan akibat tembakan yang mengenai South Dakota sebagai "membuat satu dari kapal tempur kita yang baru menjadi tuli, bodoh, buta, dan impoten."[100] Korban di South Dakota, 39 awak tewas dan 59 terluka. South Dakota meninggalkan arena pertempuran pada pukul 00:17 tanpa meninggalkan pesan untuk Laksamana Lee, sambil diamati oleh Kondo dari kejauhan.[101][102]
Washington menembaki Kirishima selama pertempuran 15
November. Posisi moncong meriam yang rendah merupakan bukti pertempuran
dilakukan dalam jarak relatif dekat.[103]
Pada pukul 00.25, Kondo memerintahkan semua kapal-kapalnya untuk berkumpul dan menghancurkan kapal-kapal Amerika Serikat yang tersisa. Namun kapal-kapal Jepang masih tidak tahu lokasi Washington. Sementara itu, kapal-kapal Amerika Serikat lainnya sudah meninggalkan arena pertempuran. Washington dilayarkan dari arah barat laut menuju Kepulauan Russel untuk memancing kapal-kapal Jepang agar keluar dari Guadalkanal sehingga South Dakota yang rusak bisa diselamatkan. Washington akhirnya dipergoki kapal-kapal Jepang, namun berkat manuver yang lincah dari kapten Washington, semua serangan torpedo Jepang luput. Washington juga selamat dari kandas di laut dangkal. Pihak Jepang akhirnya yakin keadaan sudah aman bagi konvoi kapal angkut untuk melanjutkan pelayaran ke Guadalkanal (walaupun sepertinya mengabaikan ancaman serangan udara di pagi hari). Kondo memerintahkan kapal-kapalnya yang tersisa untuk memutuskan kontak dan mundur dari arena pertempuran sekitar pukul 01.04. Perintah ini dipatuhi sebagian besar kapal-kapal Jepang pada pukul 01.30.[105]
Pascapertempuran
Kirishima dan Ayanami rusak parah hingga harus ditenggelamkan. Keduanya tenggelam pada pukul 03.25 tanggal 15 November.[106] Uranami menolong awak yang selamat dari Ayanami. Kapal perusak Asagumo, Teruzuki, dan Samidare menolong sisa awak Kirishima.[107] Dalam pertempuran ini, 242 pelaut Amerika dan 249 pelaut Jepang tewas.[108] Pertempuran ini adalah salah satu dari hanya dua kali duel kapal tempur melawan kapal tempur dalam sejarah Perang Pasifik. Duel yang kedua terjadi di Selat Surigao selama Pertempuran Teluk Leyte.Empat kapal angkut Jepang mendarat di pantai Tassafaronga, Guadalkanal pada pukul 04.00 tanggal 15 November. Tanaka dan kapal-kapal perusak yang mengawal segera berangkat, berlayar dengan kecepatan penuh di The Slot menuju perairan aman. Kapal-kapal angkut diserang mulai pukul 05.55 oleh pesawat-pesawat Amerika Serikat yang berpangkalan di Lanud Henderson dan dari tempat lainnya, dibantu tembakan artileri dari pasukan darat Amerika Serikat di Guadalkanal. Tidak lama kemudian, kapal perusak Meade tiba dan menembaki kapal-kapal angkut yang sedang mendarat di pantai serta kawasan sekitarnya. Serangan yang dilepaskan Meade mengakibatkan terbakarnya kapal-kapal angkut berikut peralatan yang belum sempat dibongkar. Hanya 2.000 hingga 3.000 prajurit Jepang yang diberangkatkan selamat tiba di Guadalkanal. Sebagian besar amunisi dan persediaan makanan mereka hancur.[109]
Kegagalan Kondo menyelesaikan tugas menetralisasi Lanud Henderson serta mengamankan daerah pendaratan pasukan dan peralatan diterima Yamamoto dengan reaksi yang lebih lunak dibandingkan keputusan mundur dari arena pertempuran yang diambil oleh Abe. Hal ini mungkin disebabkan budaya kerja atau permainan politik di Angkatan Laut Kekaisaran. Kondo juga menjabat wakil komandan Armada Gabungan, anggota staf perwira berpangkat tinggi, sekaligus anggota faksi perwira elit kapal tempur Jepang. Sebaliknya, Abe hanyalah seorang perwira yang kariernya terus menanjak dari seorang spesialis kapal perusak. Laksamana Kondo tidak mendapat peringatan atau dialihkan tugasnya, melainkan diberi tugas sebagai komandan salah satu armada berukuran besar yang berpangkalan di Truk.[110]
Arti penting
Kegagalan pendaratan sebagian besar pasukan dan perlengkapan di Guadalkanal menghalangi kemampuan Jepang melakukan ofensif berikutnya untuk merebut Lanud Henderson. Angkatan Laut Jepang selanjutnya juga hanya bisa memasok kebutuhan pokok dan segelintir pasukan pengganti bagi tentara Jepang yang berada di Guadalkanal. Akibat ancaman terus menerus dari pesawat Sekutu yang berpangkalan di Lanud Henderson, dan kapal induk Amerika Serikat yang berdekatan, pihak Jepang hanya mengandalkan jalur transportasi Tokyo Ekspres untuk mengantarkan prajurit dan perbekalan bagi pasukan mereka di Guadalkanal. Pasokan perbekalan dan pasukan pengganti ternyata tidak cukup membantu pasukan Jepang yang sudah berada di Guadalkanal. Hingga 7 Desember 1942, pasukan Jepang di Guadalkanal kehilangan sekitar 50 prajurit per hari yang tewas akibat malnutrisi, penyakit, dan serangan udara dan darat Sekutu. Pada 12 Desember 1942, Angkatan Laut Jepang mengusulkan agar Guadalkanal ditinggalkan saja. Usulan ini awalnya mendapat tantangan dari pemimpin Angkatan Darat Jepang yang masih berharap Guadalkanal dapat direbut dari pihak Sekutu. Namun setelah mendapat persetujuan Kaisar Jepang, 31 Desember 1942, Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang setuju untuk mengevakuasi semua tentara Jepang dari Guadalkanal, dan membentuk garis pertahanan baru untuk Kepulauan Solomon di New Georgia.[111]Sejarawan Eric Hammel merangkum arti penting Pertempuran Laut Guadalkanal:
Pada 12 November 1942, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang memiliki kapal-kapal yang lebih baik dan strategi yang lebih bagus. Setelah 15 November 1942, para pemimpinnya kehilangan nyali dan kedalaman strategi untuk menghadapi Angkatan Laut Amerika Serikat yang makin kuat serta strategi dan senjata yang makin bagus. Setelah November 1942, pihak Jepang tidak pernah menjadi lebih baik sementara Angkatan Laut Amerika Serikat tidak pernah berhenti menjadi lebih baik.[113]Jenderal Alexander Vandegrift yang bertugas sebagai komandan pasukan di Guadalkanal mengenang para pelaut yang gugur:
Kami percaya pihak musuh secara tidak diragukan lagi telah kalah total. Kami berterima kasih kepada Laksamana Kinkaid untuk intervensinya kemarin. Kami berterima kasih kepada Lee atas usaha gigihnya tadi malam. Pesawat-pesawat yang kita miliki telah berjaya dalam usaha yang tidak kenal letih menyerang para musuh. Kami berterima kasih kepada para rekan-rekan atas usahanya, namun penghormatan yang terbesar kami berikan kepada Callaghan, Scott, dan anak buahnya yang dengan keberanian luar biasa menghalau serangan pertama musuh yang sepertinya tidak mungkin ditangkal, dan membuka jalan untuk kesuksesan berikutnya. Untuk mereka, kami awak Angkatan Udara Kaktus mengangkat helm kami yang compang-camping dengan rasa hormat yang paling dalam.[114]